Kemenperin cetak wirausaha IKM



Surabaya 12 Maret 2018 – Kementerian Perindustrian gencar menumbuhkan wirausaha baru Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia, salah satunya langkah strategisnya melalui peran Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL).Para tenaga terdidik tersebut dilatih untuk memberikan penyuluhan yang mampu mengoptimalkan potensi lokal dan menggerakkan perekonomian daerah.

Ada 52 Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL)  asal Jawa-Timur (Jatim) yang berasal dari  angkatan tahun 2013 dan 2014 yang dipersiapkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menjadi para wirausaha tangguh nantinya. Mereka mendapatkan  kuliah selama tiga (3) tahun di tiga tempat. Yakni di Bandung, Yogya dan Jakarta. Setelah selesai, mereka melakukan magang dan turun ke lapangan. Melakukan pembinaan sentra-sentra industri kecil dan menengah (IKM). Nantinya, mereka akan mencari  peluang dan berusaha sendiri.

“Program ini kami siapkan melalui pendekatan by design atau melewati beberapa tahapan terstruktur,” kata Edi Siswanto Sesdir Ditjend IKM sela -sela acara di Hotel Inna Simpang malam. Menurut Moch Ardi, pihakya ingin para TPL menjadi wirausaha baru yang tangguh dan mampu menciptakan lapangan kerja baru , serta meningkatkan pertumbuhan industri di Jatim ini. “Program TPL dilaksanakan di berbagai Akademi dan Perguruan Tinggi di bawahbinaan Kemenperin untuk mencetak lulusan-lulusan terbaik yang nantinya diharapkan dapat menjadi calon-calon wirausaha baru IKM,” ungkap Edi Siswanto.

“Kunci suksesnya adalah mereka mampu berpikir kreatif dan berinovasi menciptakan produk yang berdaya saingdalam memenangkan pasar,” tegas Edi Siswanto. Perlu diketahui, Pemerintah menargetkan penumbuhan wirausaha baru untuk industri kecil sebanyak 20.000 unit dan industri menengah sekitar 4.500 unit hingga tahun 2019. Edi Siswanto pun menegaskan, IKM memegang peranan penting dalam penguatan struktur industri dan utamanya untuk perekonomian nasional.

 “IKM merupakan simbol aktivitas ekonomi berbasis kerakyatan yang terbukti tangguh menghadapi tantangan dan krisis ekonomi yang melanda ekonomi global,” jelasnya
 “Tahun 2017 lalu, pertumbuhan industri Jatim ada kenaikan 5,69 persen. Yang terpenting adalah menjaga bagaimana produksi industri sesuai rencana kerja,” katanya.
Hal itu terkait tiga pilar dalam industri, yakni bagaimana produksinya, berdaya saing, dan  industri efisien. Baik mulai ketersediaan bahan baku dan proses produksi , sampai menjadi produk jadi.ucap Kadisperindag Jatim. (ar)

Komentar