Batik Fashion Fair 2018 di GRAND CITY

Surabaya 5 Desember 2018 – Istri Wakil Gubernur Jatim, Dra. Hj. Fatma Saifullah Yusuf mengajak seluruh masyarakat untuk terus melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa. Apalagi sejak 2 Oktober 2009, UNESCO mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan, untuk budaya lisan dan non bendawi (masterpieces of oral and the intangible heritage of humanity) yang kemudian setiap tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. “Pengakuan UNESO tersebut tentunya membawa konsekuensi logis bahwa kita semua wajib menjaga warisan budaya bangsa ini agar tetap lestari dan bermanfaat secara ekonomi guna mensejahterakan masyarakat,” kata Fatma, sapaan lekat Istri Wakil Gubernur Jatim, saat membuka Pameran 3rd Batik, Fashion Fair Tahun 2018 di Exhibition Hall Grand City Surabaya.
Upaya pelestarian ini, lanjut Fatma, harus dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable) dan menyeluruh dari hulu hingga hilir. Menurutnya, di Jatim telah banyak generasi muda yang menjadi pengrajin batik. Untuk itu mereka perlu diberikan pencerahan tentang filosofi batik, sejarah batik nusantara dan informasi lainnya tentang batik, agar karya-karya yang dihasilkan tidak lepas dari akar budaya. “Hal ini penting dalam menjaga batik sebagai warisan budaya tak benda dunia. Apalagi dalam era modern saat ini sulit dalam menghadapi tantangan membanjirnya produk batik “sintetis” yang semakin besar dan mengkhawatirkan,” kata Ketua Umum Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jatim ini.
Menurut Fatma, walaupun situasi ekonomi saat ini sangat dinamis dan tidak menentu, ekonomi Jatim pada Triwulan III Tahun 2018 tumbuh sebesar 5,40%. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan perekonomian Jawa Timur secara umum cukup baik. Sementara perdagangan barang dan jasa antar pulau surplus 101,59 triliun rupiah, serta surplus neraca perdagangan antar pulau dalam 5 tahun terakhir meningkat 133,55 %. Kemajuan ini menunjukkan bahwa perdagangan antar daerah masih menjadi kekuatan utama dari perdagangan Jawa Timur, sehingga kinerja ini harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan. Sedangkan untuk kinerja positif ekspor non migas ke negara ASEAN tentunya menunjukkan kompetitifnya produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
“Hal ini harus dimanfaatkan oleh UMKM kita sebagai suatu peluang untuk lebih mengembangkan usahanya,” katanya. Fatma menambahkan,UMKM mempunyai peranan penting dalam mendukung perekonomian di Jawa Timur. Berdasarkan sensus ekonomi Tahun 2016 menunjukkan bahwa populasi UMKM Jawa Timur mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan 4,61 juta UMKM non pertanian dan 7,50 juta UMKM pertanian sehingga total berjumlah 12,1 juta UMKM. Hal ini menunjukkan pesatnya pertumbuhan UMKM sekaligus besarnya kontribusi UMKM sebagai sumber pendapatan utama masyarakat di Jatim yang berperan penting terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu, kontribusi UMKM terhadap perekonomian Jatim juga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 57,52 persen pada ahun 2016. (ar)

Komentar