Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak tengah menyiapkan dua strategi dalam rangka transformasi ekonomi di Jatim. Strategi pertama yaitu dengan mengurangi ketimpangan antara wilayah utara dan selatan di Jatim. Yang kedua yaitu dengan meningkatkan daya saing wilayah ring 1 atau Surabaya dan sekitarnya lebih berbasis knowledge dan human resources.
“Jika kita bicara tentang transformasi ekonomi, maka strateginya yakni mengurangi ketimpangan di wilayah utara dan selatan serta pada saat yang sama membuat transformasi ekonomi di wilayah Surabaya dan sekitarnya,” ungkap Emil sapaan akrab Wagub Jatim saat menjadi narasumber East Java Economic Forum (Ejavec) 6th 2019, di Aula Fadjar Notonegoro, Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB),Unair, Surabaya, Selasa (26/11).
Emil menjelaskan, transformasi kebijakan ekonomi ini juga akan difokuskan dari ekonomi berbasis sumber daya alam ke ekonomi berbasis nilai tambah pada industri manufaktur dan jasa. Hal ini sengaja dilakukan, untuk meningkatkan daya saing merespon pergeseran struktur ekonomi ke jasa, perkembangan teknologi dan tantangan lainnya.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemprov Jatim juga  tengah membuka poros-poros industri baru di luar ring 1. Apalagi, wilayah-wilayah di luar ring 1 sebagian besar sudah hampir terkoneksi dengan infrastruktur jalan tol.
“Sebanyak 50 % ekonomi di Jatim ditopang oleh ring 1. Namun, hal ini justru menunjukkan masih ada ruang untuk pengembangan sektor industri Jatim utamanya sisi barat dan selatan, serta di Madura,” terang mantan Bupati Trenggalek ini.
Lebih lanjut disampaikan, terdapat empat strategi umum pembangunan yang diterapkan di Jatim. Strategi pertama yaitu development as freedom dimana pembangunan untuk memperluas akses dan kesempatan kepada warga untuk memperoleh apa yang dianggap bermakna.
Strategi kedua, yaitu Pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk menyelesaikan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan dasar untuk menyiapkan Jatim untuk menghadapi disrupsi ekonomi. Ketiga, pembangunan berbasis kawasan dan terakhir yaitu right based development.
“Peningkatan daya saing SDM melalui peningkatan produktivitas juga kami lakukan. Sehingga, bisa menciptakan pendidikan yang berkualitas dimulai dari usia dini hingga menengah,” tukasnya.
Emil berharap, lewat berbagai strategi dan upaya tersebut pihaknya optimistis bahwa tren pertumbuhan ekonomi Jatim akan bisa meningkat di tengah kondisi ekonomi seperti ini. Terlebih lagi, banyak proyek pemerintah pusat berpusat di Jatim, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari.
“Kami berharap proyek-proyek ini bisa menyedot investasi ke Jatim, karena banyak peluang dan investasi yang disajikan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi Ahmad Johansyah berharap, kegiatan Ejavec merupakan forum yang membahas penelitian tentang perekonomian. Kegiatan ini juga hanya digelar di Jatim serta satu-satunya di Indonesia.
Untuk itu, Difi berharap kegiatan ini bisa menjadi icon dan brandingnya Jatim. Apalagi, jumlah pesertanya dari tahun ke tahun semakin bertambah dan makin terdersifikasi.
“Lewat kegiatan ini kita berharap akan lahir paper-paper yang makin fokus dan spesifik tentang penelitian perekonomian di Jatim. Dengan demikian, akan menciptakan daya saing yang tinggi untuk menopang pengambilan keputusan di Indonesia,” terangnya. (*)

Komentar