Wagub Emil: Politik Bukan Hanya Kedudukan, Melainkan Partisipasi Sesuai Peran*
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut bahwa Politik adalah persoalan partisipasi sesuai peran, bukan hanya sebatas pada kedudukan atau jabatan yang diraih. Dirinya menyebut kaum muda atau yang seringkali disebut Milenial harus semakin sadar dan melek akan politik di negaranya.
Hal tersebut diutarakan Emil Dardak, sapaan akrab Wagub Jatim saat memberikan sambutan pada acara Pendidikan Politik Kader Muda Partai Golkar Provinsi Jawa Timur yang digelar di Hotel Elmi Surabaya, Sabtu (21/12) siang.
Dirinya berpesan kepada ratusan kader muda Golkar yang hadir siang itu bahwa politik tidak hanya didefinisikan dari kedudukan atau jabatan yang dimiliki. Politik adalah masalah partisipasi dalam proses itu sendiri. Sebelum melangkah lebih jauh kepada kedudukan, kecenderungan atau bahkan jabatan, para kader muda ini harusnya bisa fokus pada partisipasi apa yang bisa mereka berikan sebagai kader suatu partai politik.
Bentuk partisipasi pun tak harus yang langsung berdampak besar, namun bisa dimulai dari hal paling sederhana. Mantan Bupati Trenggalek ini memberi contoh bahwa memilih bisa menjadi satu langkah awal dalam menjalankan peran di politik tanah air.
“Pemilihan bukan hanya saat mencoblos, namun bisa juga saat ada dialog penentuan kebijakan. Yang terpenting adalah bersuara untuk mendukung sesuatu,” tuturnya.
Kaum milenial sendiri adalah lapisan dimana paling melek terhadap teknologi. Kemudahan akses media sosial diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para kader muda untuk bisa mengutarakan pendapatnya secara bijak, bukan malah menjadi masyarakat yang “bersumbu pendek”.
“Suarakan dukungan kalian. Pemerintah memerlukan kritik dari kalian semua. Namun, ketika kami tengah menjalankan suatu kebijakan yang kalian setuju, sepatutnya didukung,” tegas Wagub Emil.
Pada proses pembangunan melalui kebijakan-kebijakan itu, terjadi proses demokrasi, yang dilaksanakan oleh Pemerintah bersama lembaga-lembaga lain yang terkait. Baik lembaga legislatif maupun yudikatif yang bersama-sama dalam proses pembangunan bangsa. Seringkali terjadi pro kontra oleh masyarakat.
“Ketika ada yang bilang bahwa tidak mau politiknya, tapi hanya mau pembangunan, itu adalah wujud dari sikap yang tidak konsisten. Karena sesungguhnya pada era saat ini, tidak akan ada pembangunan tanpa politik,” terang Wagub Emil.
Saat ini, kebanyakan netizen atau kaum milenial hanya fokus kepada apa yang tidak disuka untuk kemudian diprotes. Masih jarang bagi seseorang untuk bisa lebih berani mengungkapkan rasa setujunya terhadap suatu kebijakan yang tengah dijalankan. Hal tersebut, tentu amat bertolak belakang dengan tema yang diusung pada siang itu, yakni milenial yang melek politik.
“Karena ini yang kita yakini, maka bersama-sama kita yang harus memperjuangkan dalam peran dan porsi kita masing-masing,” tambahnya.
Masih menurut Wagub Emil, tren yang sedang berkembang saat ini adalah yang tidak setuju lebih terlihat daripada yang setuju. Mereka yang tidak setuju lebih proaktif dalam menyuarakan pendapatnya. Hal tersebut tentunya mempengaruhi jalannya suatu pengambilan kebijakan. Maka dari itu, peran atau partisipasi politik tak hanya didasarkan pada kedudukan atau jabatan yang dimiliki oleh seseorang.
“Disinilah peran politik milenial sangat diperlukan. Tidak hanya bergantung kepada pejabat, mulai dari sekarang harus bisa belajar bahwa yang menjabat harus bisa menghargai yang tidak menjabat. Karena kita satu tim,” jelas orang nomor dua di Jatim ini.
Dalam akhir sambutannya, Wagub Emil kembali mengingatkan akan pentingnya menjunjung demokrasi oleh masyarakat. Milenial sebagai generasi penerus bangsa diharapkan lebih sadar dan melek politik di negaranya. Hal tersebut tidak lain menjadi cerminan pemimpin masa depan yang akan memimpin Indonesia serta membawa bangsa ini menjadi lebih baik.
“Milenial haruslah melek politik. Milenial memerlukan pemimpin yang menggerakkan, pemimpin yang bisa memberi teladan dan kerja keras bukan yang hanya memerintah,” tutupnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali, Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Timur, Sahat Simanjuntak, Kepala Bakesbangpol Prov. Jatim, Drs. Ec. Jonathan Judyanto, MMT serta tak kurang dari 350 Kader Muda Partai Golkar dari seluruh Jawa Timur. (hu)
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut bahwa Politik adalah persoalan partisipasi sesuai peran, bukan hanya sebatas pada kedudukan atau jabatan yang diraih. Dirinya menyebut kaum muda atau yang seringkali disebut Milenial harus semakin sadar dan melek akan politik di negaranya.
Hal tersebut diutarakan Emil Dardak, sapaan akrab Wagub Jatim saat memberikan sambutan pada acara Pendidikan Politik Kader Muda Partai Golkar Provinsi Jawa Timur yang digelar di Hotel Elmi Surabaya, Sabtu (21/12) siang.
Dirinya berpesan kepada ratusan kader muda Golkar yang hadir siang itu bahwa politik tidak hanya didefinisikan dari kedudukan atau jabatan yang dimiliki. Politik adalah masalah partisipasi dalam proses itu sendiri. Sebelum melangkah lebih jauh kepada kedudukan, kecenderungan atau bahkan jabatan, para kader muda ini harusnya bisa fokus pada partisipasi apa yang bisa mereka berikan sebagai kader suatu partai politik.
Bentuk partisipasi pun tak harus yang langsung berdampak besar, namun bisa dimulai dari hal paling sederhana. Mantan Bupati Trenggalek ini memberi contoh bahwa memilih bisa menjadi satu langkah awal dalam menjalankan peran di politik tanah air.
“Pemilihan bukan hanya saat mencoblos, namun bisa juga saat ada dialog penentuan kebijakan. Yang terpenting adalah bersuara untuk mendukung sesuatu,” tuturnya.
Kaum milenial sendiri adalah lapisan dimana paling melek terhadap teknologi. Kemudahan akses media sosial diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para kader muda untuk bisa mengutarakan pendapatnya secara bijak, bukan malah menjadi masyarakat yang “bersumbu pendek”.
“Suarakan dukungan kalian. Pemerintah memerlukan kritik dari kalian semua. Namun, ketika kami tengah menjalankan suatu kebijakan yang kalian setuju, sepatutnya didukung,” tegas Wagub Emil.
Pada proses pembangunan melalui kebijakan-kebijakan itu, terjadi proses demokrasi, yang dilaksanakan oleh Pemerintah bersama lembaga-lembaga lain yang terkait. Baik lembaga legislatif maupun yudikatif yang bersama-sama dalam proses pembangunan bangsa. Seringkali terjadi pro kontra oleh masyarakat.
“Ketika ada yang bilang bahwa tidak mau politiknya, tapi hanya mau pembangunan, itu adalah wujud dari sikap yang tidak konsisten. Karena sesungguhnya pada era saat ini, tidak akan ada pembangunan tanpa politik,” terang Wagub Emil.
Saat ini, kebanyakan netizen atau kaum milenial hanya fokus kepada apa yang tidak disuka untuk kemudian diprotes. Masih jarang bagi seseorang untuk bisa lebih berani mengungkapkan rasa setujunya terhadap suatu kebijakan yang tengah dijalankan. Hal tersebut, tentu amat bertolak belakang dengan tema yang diusung pada siang itu, yakni milenial yang melek politik.
“Karena ini yang kita yakini, maka bersama-sama kita yang harus memperjuangkan dalam peran dan porsi kita masing-masing,” tambahnya.
Masih menurut Wagub Emil, tren yang sedang berkembang saat ini adalah yang tidak setuju lebih terlihat daripada yang setuju. Mereka yang tidak setuju lebih proaktif dalam menyuarakan pendapatnya. Hal tersebut tentunya mempengaruhi jalannya suatu pengambilan kebijakan. Maka dari itu, peran atau partisipasi politik tak hanya didasarkan pada kedudukan atau jabatan yang dimiliki oleh seseorang.
“Disinilah peran politik milenial sangat diperlukan. Tidak hanya bergantung kepada pejabat, mulai dari sekarang harus bisa belajar bahwa yang menjabat harus bisa menghargai yang tidak menjabat. Karena kita satu tim,” jelas orang nomor dua di Jatim ini.
Dalam akhir sambutannya, Wagub Emil kembali mengingatkan akan pentingnya menjunjung demokrasi oleh masyarakat. Milenial sebagai generasi penerus bangsa diharapkan lebih sadar dan melek politik di negaranya. Hal tersebut tidak lain menjadi cerminan pemimpin masa depan yang akan memimpin Indonesia serta membawa bangsa ini menjadi lebih baik.
“Milenial haruslah melek politik. Milenial memerlukan pemimpin yang menggerakkan, pemimpin yang bisa memberi teladan dan kerja keras bukan yang hanya memerintah,” tutupnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali, Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Timur, Sahat Simanjuntak, Kepala Bakesbangpol Prov. Jatim, Drs. Ec. Jonathan Judyanto, MMT serta tak kurang dari 350 Kader Muda Partai Golkar dari seluruh Jawa Timur. (hu)
Komentar
Posting Komentar